BogorInNews – Komunitas Green Pink memajukan warga Desa Batulayang, Kecamatan Cisarua melalui produk rajutan. Desa wisata yang pernah meraih Best Tourism Village ke-8 di Dunia bisa memproduksi tas tumbler, tas selempang, kaus kaki bayi, topi dan masih banyak lagi.
Diketahui komunitas Green Pink ada sejak tahun 2019, dengan semangat dan tujuan bersama untuk memajukan Desa Batulayang dengan produk rajutannya. Hal ini menguatkan Desa Batulayang sebagai desa wisata, selain dari wisata alam, kini juga bisa membawa buah tangan hasil rajutan karya jari jemari ibu-ibu Batulayang.
Anggota Green Pink, Iis menceritakan, bahwa mereka mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dengan pengalaman yang berbeda pula. Dirinya mulai merajut sejak tahun 2019 yang pada saat itu sedang ada pelatihan khusus selama 4 dari Kecamatan Cisarua.
“Bersama 4 orang lainnya, saya akhirnya menekuni cara merajut dari nol hingga bisa berinovasi sesuai model yang saya inginkan,” ungkapnya.
Iis melanjutkan, komunitas yang saat ini berjumlah 10 orang, sangat senang untuk sharing ilmu dan belajar bersama dengan wisatawan ataupun warga dari wilayah lain.
“Kami persilahkan apabila ada orang yang ingin belajar juga. Tidak ada yang merasa paling hebat yang terpenting adalah berkarya. Akhirnya sampai saat ini Green Pink memiliki anggota sekitar 10 orang dan selalu mendapatkan pesanan dari wisatawan yang datang langsung ke Desa Batulayang,” tambahnya.
Iis menjelaskan, sebagai generasi muda yang memiliki inovasi yang tinggi sudah seharusnya bisa menjaga potensi-potensi yang ada di lingkungan dari segi apapun itu. Diharapkan ada penerus komunitas ini kedepannya dan produk rajutan bisa lebih dikenal banyak orang.
“Bagi teman-teman di luar sana jangan mudah puas ketika sudah berhasil melakukan sesuatu. Tetaplah berkarya dan buatlah sesuatu yang berbeda sehingga dapat dilihat banyak orang. Bagi kami, merajut itu asyik sambil melamun. Tetapi, jangan anggap merajut hanyalah kegiatan untuk orang tua saja. Bagi yang muda juga perlu termotivasi jangan kalah dengan yang tua,” jelasnya.
Sementara itu, anggota Green Pink lainnya, Nur memaparkan, dirinya bersama Euis sudah aktif dimulai awal terbentuknya Green Pink, dirinya sangat menyukai kerajinan rajut karena proses pembuatannya bisa untuk mengisi waktu luang.
“Ya komunitas Green Pink benar-benar bisa mengisi waktu luang kami. Pembuatan bisa dilakukan ketika kami mengobrol, sedang duduk santai dan kegiatan lainnya. Apalagi di wilayah Pasir Manggis dekat Air Terjun Pangojayyan, ada ibu-ibu yang rajin memproduksi hasil rajutan. Meski dari segi umur kami tidak muda lagi, tetapi semangat muda masih tetap ada dalam diri kami,” tuturnya. (REK)