Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Bogor RayaJabarKota BogorPolitik

Beda Cara Dedi Mulyadi dan Dedie A Rachim Dalam Pembentukan Tim Transisi, Ini Kata Pengamat

×

Beda Cara Dedi Mulyadi dan Dedie A Rachim Dalam Pembentukan Tim Transisi, Ini Kata Pengamat

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

BogorInNews – Tim Transisi pasangan Wali Kota Bogor Dedie A Rachim-Jenal Mutaqin mulai melaksanakan pemanggilan sejumlah pejabat yang ada di Pemkot Bogor di Ruang Paseban Kian Santang pada Kamis 30 Januari 2025.

Meski sama-sama menang pada pilkada yang dilaksanakan pada November 2024 lalu. Namun, cara berbeda apa yang dilakukan Gubernur Jabar terpilih Dedi Mulyadi dengan Wali Kota Bogor terpilih Dedie A Rachim, terutama soal tim transisi.

Example 300x600

Dedi Mulyadi sama sekali tidak melibatkan unsur luar dalam tim transisinya, dimana politisi Gerindra tersebut menggunakan unsur Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada di Pemprov Jawa Barat (Jabar).

Sedangkan Dedie A Rachim dan Jenal Mutaqin, mempercayakan tim transisinya kepada sejumlah politisi, pengusaha dan tim sukses mereka di pilkada.

Pengamat politik dari Universitas Djuanda, Undang Suryatna mengapresiasi langkah Dedi Mulyadi karena dalam membentuk tim transisi untuk menyelaraskan visi, misi dan program Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, dengan program dan anggaran yang sedang berjalan TA 2025, melibatkan ASN terutama yang terlibat dalam perencanaan pembangunan daerah dan unsur pelaksana pembangunan lainnya (OPD).

“Mereka merupakan unsur program kerja pembangunan, yang bersifat strategis, dan terutama mereka yang terlibat dalam bidang perencanaan pembangunan dan anggaran, sehingga gubernur terpilih dapat membuat penyelerasan-penyelarasan, diantaranya program kerjanya di 100 hari pertama bertugas karena momen ini sering dijadikan ukuran oleh masyarakat dan media massa. Kemudian program yang akan dilaksanakan di tahun anggaran berjalan,” papar Undang pada Jumat 31 Januari 2025.

Undang memaparkan, salah satu kelebihan dari cara memilih tim transisi yang dilakukan Dedi Mulyadi bisa langsung mengetahui program mana yang harus mendapatkan penanganan segera tanpa menunggu laporan dulu dari tim alias bisa menyiapkan kebijakan yang dianggapnya perlu, kemudian langsung dieksekusi setelah dilantik nantinya.

“Perlu diingat, eksekusi anggaran bisa dilakukan setelah pelantikan. Untuk tim transisi dari ASN bisa jadi lebih memahami secara teknis, dalam mensinkronisasikan program serta anggaran dan relatif mudah berkomunikasi dengan pejabat terkait di lingkungan pemerintah daerahnya,” paparnya.

Undang melanjutkan, hasil penyelarasan program gubernur terpilih dengan program anggaran tahun berjalan, pada saatnya setelah dilantik sebagai gubernur perlu dikomunikasikan dan dibahas bersama dengan DPRD dan mendapat persetujuan bersama.

Senada, pengamat politik lainnya masih dari Universitas Djuanda, M. Yusuf GG Seran mengaku, apa yang dilakukan Dedi Mulyadi merupakan langkah yang tepat. Ketika membandingkan Dedi Mulyadi dan Dedie A Rachim, sambung Seran, maka ada dua pendekatan berbeda yang ditempuh dua kepala daerah terpilih dalam membentuk tim transisi.

“Gubernur Jabar terpilih Dedi Mulyadi lebih menekankan pendekatan dari dalam pemerintahan, sementara Wali Kota Bogor terpilih Dedie Rachim, lebih menekankan pendekatan dari luar pemerintahan,” tuturnya.

Yusuf Seran menambahkan, akomodasi serta sinkronisasi visi, misi dan program kepala daerah-wakil kepala daerah terpilih merupakan amanat UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.(REK)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *